Salon dan Panti Pijat Kota Gebleks

Juli 5, 2011 § Tinggalkan komentar

“Sejak saya memimpin Kota  ini. Banyak sudah perubahan yang kini telah saudara-saudara nikmati. Tidak pernah lagi saudara-saudara lihat para perempuan di jalanan yang menjajakan diri demi rupiah. Tidak pula saya pernah mengijinkan para penari dangdhut yang biasa mempertontonkan aurat mereka dan membangkitkan syahwat para lelaki. Yang membuat khawatir ibu-ibu di rumah. Insya Allah, kota yang kita cintai ini akan tetap menjadi kota yang jauh dari kemaksiatan,” ucap Bapak Walikota Kota Grebek yang tengah berpidato di depan warganya pada saat mengikuti acara silaturahmi di balaikota.

Bukan tanpa maksud, jika tiba-tiba saja Beliau membeberkan semua kesuksesan yang telah ia lakukan selama memimpin kota Grebek. Semua promosi diri yang terselubung itu dilakukan, mengingat dirinya tengah mencalonkan diri menjadi seorang Gubernur. Wajar. Bukan hal baru jika semua orang yang memiliki niat untuk mengikuti suatu pemilihan selalu saja membanggakan diri dengan membeberkan semua hal yang telah sukses dia kerjakan. Dan yang tidak sukses?? Disimpan rapat-rapat! Jangan sampai ada yang tahu. Awas!

Semua orang bertepuk tangan setiap kali Pak Walikota menyelesaikan satu kalimat. Riuh. Spontanitas yang ternyata di atur oleh seseorang dibelakang layar, tanpa sepengetahuan Pak Walikota, Team Sukses beliau.

“Ingat! Setiap kali Pak Walikota selesai bicara. Harus tepuk tangan semua. Yang Kompak! Awas! Ini demi kesuksesan Beliau dalam pencalonannya sebagai Gubernur nanti” begitu kata koordinator Team sukses Pak Walikota. Sambil menyodorkan amplop yangberisi uang.

Sudah jelas, wajah Pak Walikota terlihat senang dan semakin yakin bahwa dirinya mendapat dukungan dari banyak orang. Semakin menggebu-gebulah berbicara di depan para hadirin. Yang sebagian sudah terlihat tertidur, menguap, asik dengan HP di tangan, bertelfon ria, berbincang dengan teman yang duduk di sebelahnya. Bahkan ada yang sedang asik saling mengirim koleksi film porno 3gp melalui Bluetooth BB dan HP. Tapi mereka tetap spontan ikut bertepuk tangan jika yang lain bertepuk tangan. Jangan sampai kena tegur Team Sukses, Ingat!

Setelah berbicara, Pak Walikota turun dari mimbar. Disambut dengan tepuk tangan meriah dari para undangan yang datang. Pak Walikota tersenyum senang, lalu duduk di kursi barisan paling depan, yang khusus di sediakan untuk dirinya. Nyonya Walikota tetap santai berkipas-kipas ria, seolah panas dan gerah ia rasa. Meski suasana gedung itu telah ber AC. Yang penting gaya. Itu yang penting!

Selang beberapa menit acara dilanjutkan, Pak Walikota berbisik kepada Penasehatnya yang juga masuk dalam anggota Team Sukses.

“Badan saya rasanya pegal-pegal dan mulai letih. Kamu atur supaya setelah acara ini, saya bisa menyegarkan diri,” bisik Pak Walikota. Sang Penasehat hanya menggut-manggut.

“Kamu mengerti maksud saya?”tanya Pak Walikota menegaskan ucapannya itu.

“Baik, Pak. Saya mengerti. Akan saya atur semuanya,” jawab Penasehat sambil manggut-manggut.” Tapi.. Bagaimana dengan Ibu, Pak?”

“Kamu atur juga acara buat Ibu setelah ini, biar saya bebas, yah?”

“Baik, Pak.. akan saya usahakan”

Lalu Sang Penasehat bangkit dari kursi dan menghampiri beberapa rekannya yang lain. Mengatur semua hal yang diinginkan Pak Walikota. Berbisik-bisik kepada rekannya yang terlihat manggut-manggut juga setiap kali Sang Penasehat memberi arahan. Lalu segera pergi mengatur rencana yang telah disampaikan. Sedang sang Penasehat kembali duduk di samping Pak Walikota.

“Sudah beres, Pak. Semua sedang di atur. Bapak siap-siap saja nanti” bisik Penasehat kepada Pak Walikota lagi.

“Bagus. Bagus..”

……

Di sebuah salon yang juga merangkap tempat sebagai tempat panti pijat. Sang pemilik salon, Herlina, terlihat tengah menerima telfon dari seseorang melalui HP miliknya.

“Kamu siapkan saja anak buah kamu si Iin itu. Sebentar lagi acara Pak Walikota selesai” ucap lawan bicara Herlina.

“Baik, Bos.. Akan saya suruh si Iin untuk bersiap-siap,”jawab Herlina.

Tidak lama kemudian, setelah percakapan itu selesai.  Herlina memanggil seorang anak buahnya , Iin, seperti yang disebutkan orang tadi di telfon.

“Ada apa, Bos?” tanya Iin setelah berada di hadapan Herlina.

“Kamu siap-siap, dandan sana! Ada panggilan lagi buat kamu dari Team Sukses Pak Walikota” jawab Herlina acuh tak acuh, karena tangannya tengah sibuk menghitung lembaran uang.

“Lagi??” tanya Iin heran.

“Iya. Kenapa?”

“Aduuuh.., saya cape sekali, Bos. Barusan aja saya melayani 3 pelanggan. Masa harus melayani si tua bangka itu lagi.” Iin mengeluh kepada Herlina.

Sejenak Herlina menghentikan gerak tangannya yang tenggah menghitung lembaran uang itu dan menatap Iin.

“Jangan macam-macam kamu! Kita bisa tinggal di sini itu karena Jasa Beliau-beliau itu. Kalau tidak? Kita semua masih ngemper! Menjajakan diri di jalan setiap malam. Jangan sok kamu sekarang!” bentak Herlina.

Iin tertunduk dalam takut. Ia memang mengakui semua ucapan Herlina. Jika bukan karena jasa Pak walikota dan team suksesnya, mungkin ia masih menjajakan diri di pinggiran jalan, atau jadi penyanyi dangdhut plus-plus.

“Kamu lebih baik jangan bekerja di jalanan seperti itu lagi. Ikuti saran saya, kerja sama saya di salon dan tempat panti pijat yang akan segera saya buka sebentar lagi,” ucap Bang Dhani, salah seorang team sukses pak Walikota. Iin hanya diam tertunduk mendengarkan. Sebab tak berdaya setelah beberapa kali tertangkap razia. Tapi ada daya. Setiap malam dirinya memang harus bekerja untuk menghidupi diri.

“Kami ingin selama Pak Walikota menjabat di Kota ini, semua hal-hal berbau maksiat hilang sama sekali. Biar terkesan kalau Pak Walikota itu orang alim dan agamis. Tapi tidak sepenuhnya hilang, kok. Hanya berpindah tempat saja. Jangan sampai keliatan mata seperti yang kamu lakukan itu. Bagaimana? Mau yah?!”

Iin juga masih ingat ucapan mereka saat itu. Dan akhirnya dia bisa bekerja di salon Pak Dhani, yang di awasi oleh Herlina, orang kepercayaannya. Profesinya masih sama dia lakukan, hanya tersamarkan oleh pekerjaannya di salon dan panti pijat ini.

“Baik, Bos.. saya siap-siap dulu deh,” ucap Iin akhirnya mengalah.

“Gitu dong! Jang lupa minta tips, yah?!”

Iin tersenyum kecut mendengar ucapan Herlina itu, lalu berlalu masuk ke dalam menuju ruang ganti yang berada di belakang salon.

….

“Mari, Pak..” ucap Sang Penasehat kepada Pak Walikota sambil mengawal atasannya menuju ke sebuah mobil yang telah di siapkan sebelumnya.

“Sudah siap semuanya?” tanya Pak Walikota dalam langkah bergegas.

“Sudah, Pak.. Kita ganti mobil, Pak. Biar tidak terlalu mencolok,” ucap Penasehat.

“Hmm.. Bagus. Bagus…”

Lalu Pak Walikota  dan Penasehat masuk ke dalam mobil yang berada di tengah, di antara dua mobil yang mengawalnya di depan dan belakang. Setelah itu, ketiga mobil itu meluncur meninggalakan lokasi menuju ke tujuan baru.

Di dalam Mobil.

“Herlina sudah kamu telfon?” tanya Pak Walikota kepada Penasehat.

“Sudah beres semua, Pak. Sekarang kita jemput Iin di tempat biasanya. Dia sudah standby,”jawab sang Penasehat.

“Bagus. Bagus..”

…..

Iin berdiri di tempat yang agak jauh dari keramaian. Berteduh di sebuah pohon besar yang bisa melindunginya dari terik matahari yang menyengat. Sesekali dirinya melongok kearah jalan memastikan orang yang tengah di tunggunya telah datang. Ketika tidak juga terlihat, ia hanya bisa menghela nafas panjang dalam kecewa. Di lihatnya lagi arloji yang di tangannya. “Telat! Selalu saja telat” gerutu Iin sendiri. Lalu kembali berdiri diantara bayangan pohon yang memberi teduh.

Dalam mengusir kebosanan dirinya, Iin memijat-mijat bahunya sendiri yang dirasa pegal setelah sebelumnya melayani 3 orang tamu langganannya.  Lelah dia rasa sesungguhnya, tapi tugas harus dijalankan meski enggan. Entahlah, Iin tidak habis pikir dalam semua topeng yang ada ini. Sesungguhnya ia berharap bisa terangkat dari kubangan dosa yang menyelimuti kehidupannya. Namun yang didapat hanyalah profesi yang disamarkan saja. Dosa-dosa senantiasa menghantui kehidupannya dan kadang membuatnya ingin kabur dari tempat Herlina. Tapi ada daya, ia masih butuh uang. Sedangkan tabungannya masih belum cukup untuk dirinya bisa mandiri.

Tiba-tiba, tiga buah mobil berhenti tepat di depan Iin. Lalu seseorang yang mengenakan Jas hitam-hitam keluar dari mobil paling depan, menghampiri Iin sambil pandangannya meliaht ke arah sekitar.

“Masuk!” perintah orang tersebut menyuruh Iin masuk ke dalam Mobil yang berada di tengah. Iin sudah mengerti akan situasi ini, ia pun langsung mendekati mobil yang berada di tengah. Membuka pintunya lalu masuk.

“Cepat masuk!” seru Penasehat Walikota. Iin segera duduk dan menutup pintu.

..

“Apa khabar, In?” tanya Pak Walikota sambil tersenyum nakal.

“Baik, Pak.. Cuma kangen aja sama Bapak. Sudah lama Bapak gak panggil saya,” jawab Iin manja.

Mendapat respon seperti itu, Pak Walikota langsung merangkulkan tanganya ke bahu Iin. Dan memeluk gadis itu ke dalam pelukannya. Mobilpun melaju meninggalkan tempat itu menuju tempat penginapan yang telah disiapkan juga sebelumnya. Dari wajah Pak Walikota tergambar jelas bagaimana Beliau tidak sabar untuk merasakan pijatan lembut jari-jari mungil Iin, untuk kemudian di lanjutkan dengan acara puncak, bergulat diatas ranjang!

Sepanjang jalan mereka bercengkrama di dalam mobil dengan nakal. Sama sekali jauh dari memandang jalan-jalan yang mereka lewati. Dimana banyak spanduk terpasang yang menampilkan wajah Pak Walikota dengan Peci dan Baju Koko yang beliau kenakan. Dengan slogan besar bertuliskan,” Mari Kita Jadikan Kota Kita, Kota Yang Jauh dari Kemaksiatan”

Tinggalkan komentar

What’s this?

You are currently reading Salon dan Panti Pijat Kota Gebleks at Jambangelit.

meta